Sunday, 8 September 2019

Posted by MATRA MAHASISWA in | September 08, 2019 No comments

Pada akhirnya ia terbuang, disisihkan tak berguna, bahkan hatinya sudah tak bertuan lagi. Gelisah, merana dan sekarat. Tak bisa pulang, sebab rumah untuk pulang sudah tiada. Ohh budak zaman dirimu sungguh menyedihkan, bersama nestapa dan derita.

Cita-cita itu betul mulia, tetapi bayarannya sungguh mahal. Ya, sangatlah mahal. Tak cukup proses, dia meminta segalanya. Mulai dari waktu, materi, bahkan terkadang darah dan air mata. Ini adalah akibatnya! Tak mau kau tanggung? Sila untuk berhenti saja.

Tetapi tidak, apinya masih belum padam. Anak itu masih menyimpan harap di dalam qalbu, ia membatin dan berkata: "ini adalah salah satu bayarannya".

Yah sudah, kalau memang kau masih ngotot untuk berjuang. Perlu kau tahu, kalau hidup tidak membutuhkan orang-orang tanpa harapan, karena hidup selalu menyoal tentang harapan.

Hei Nak, jangan lepaskan peganganmu. Tetap eratkan tanganmu pada tali kehidupan. Sembari naik perlahan, sesekali beristirahatlah untuk mengambil nafas dan menyusun strategi. Jangan pakai perasaan! Kau tahu, di kehidupan ini perasaan tak dihargai di sini.

Gubahan:
Penyair yang miskin diksi




Redaksi menerima karya Jurnalistik, Opini, Esai, Puisi serta karya terjemahan atau saduran.

0 Komentar:

Search